Negara dalam Perspektif Hukum Islam 1
1.
Menurut pandangan anda, apakah tuhan yang Yang Maha Kuasa
menciptakan seluruh alam semesta itu ada?Berikan argumentasi anda dan jelaskan
apa kosenkuensi dari pandangan anda itu terhadap hidup manusia seluruhnya?.
Allah menciptakan manusia sudah dilengkapi dengan Petunjuk-Nya,
sehingga manusia tidak perlu repot-repot mencari atau menyusun Hukum dalam
menjalani hidupnya, bahkan tinggal meneliti dan mempelajari Petunjuk Allah
untuk dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Bahkan Hukum Allah itu menerangkan hal-hal yang berlaku
sampai nanti kehidupan di Akhirat.[1]
Menurut
saya tuhan itu ada banyak hal yang dapat menunjukkan adanya eksisten tuhan
dalam hal penciptaan manusia dan alam ini. Alam semesta ialah segala apa saja
yang bukan tuhan yang ada itu hanya dua yaitu alam dan Allah. Alam ialah yang
diciptakan (makhluk), sedang Allah ialah pencipta (Khalik). Oleh karena itu
dalam al-qur’an Allah disebut sebagai “Rabbu al-‘alamien”, al-qur’an sering
juga menggunakan kaliman “ Al-samawatu wa al-ardh”, artinya semua langit dan
bumi, atau al-qur’an menyebut dengan kalimat segala apa yang ada dilangit dan
dibumi. Alam semesta itu telah diciptakan oleh Allah menurut hukum –hukum yang
pasti, objektif dan tetap.[2]
Yang
mana di tuhan adalah maha semesta tertinggi yang menciptakan seluruh isi muka
bumi ini dan dijelaskan di dalam al-qur’an pula bahwa ALLAH SWT memoiliki
kekuatan ataupun kekuasaaan tertinggi yang dapat mencipkatan alam, manusia, dan
makhluk lainnya. Dijelasakan didalam surat Ali-imran 3: 189 yaitu :
“
dan kepunyaan Allah –lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu” .
Maka
hal ini menunjukkan bahwa langit dan bumi ini di miliki oleh Allah dan dia yang
menguasai segala sesuatunya. Makna di miliki berarti mempunyai , kepunyaan-Nya
menandakan bahwa tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta seisinya. Kekuataan itu pun terlihat dengan bahwa Allah
Maha Mengetahui yang menunjukkan bahwa dengan ia mengetahui langit dan bumi
serta seisinya berarti dialah yang meciptakannya dan hanya dia yang tau apa
yang tidak diketahui terkait dengan langit, bumi dan seisinya. Sesuai dengan
surat Al-Baqarah 2:30 yaitu
“
ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “ sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “ mereka berkata : “ mengapa
engkau hendak menjadikan ( khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji engkau dan mensucikan engkau?” tuhan berfirman: “ sesugguh nya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”
Kalimat
“tuhan berfirman: “ sesugguh nya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” ini memperlihatkan bahwa hanya
Allah yang maha mengetahui dan memahami apa yang kita sebagai makhluk
ciptaannya tidak ketahui.
Dalam
surat Al-baqarah 2:30 ini menerangkan Ayat ini menjelaskan peristiwa sebelum
penciptaan nabi Adam (as), dan seluruh umat manusia. Allah menyatakan kepada
para malaikat bahwa Dia ingin membuat
khalifah di muka bumi, suatu khalifah. Para malaikat langsung melompat pada
kesimpulan bahwa makhluk tersebut akan menyebabkan kerusakan: ini adalah karena
mereka melihat kata-kata "di bumi". mereka tahu bahwa makhluk yang
hidup di bumi akan menjadi bahan, akan memiliki bentuk fisik,dan akan memiliki
hasrat duniawi dasar dan emosi, seperti kemarahan atau nafsu. mereka juga tahu
bahwa bumi adalah tempat konflik abadi, salah satu yang terus menerus berubah
dan berkembang, bagian tumbuh, bagian lain sekarat, dan bahwa sebagai salah
satu seperti
makhluk
tidak bisa bertahan hidup sendiri. Mereka memahami bahwa Allah adalah untuk
menciptakan seluruh spesies, yang harus bekerja sama agar bisa hidup di bumi,
dan dengan kapasitas mereka untuk marah dan emosi dasar, para
malaikat mengerti bahwa makhluk ini adalah terikat untuk menumpahkan darah. di
sisi lain, istilah "bumi" datang dengan kata "khalifah".
Itu definisi Khalifa, atau khalifah, adalah seseorang yang bebas untuk
bertindak dengan cara apapun yang mereka berharap, namun mereka secara
independen mewakili kehendak Guru mereka untuk kesempurnaan. Di setiap tindakan
mereka, perilaku adalah persis seperti Master inginkan, tapi tanpa Khalif
dipaksa untuk bertindak seperti itu. Mereka memahami bahwa agar makhluk menjadi
Khalif Allah, ia harus mampu mewakili Allah sempurna, dan sehingga memiliki atribut
yang merupakan refleksi sendiri atribut yang indah Allah. Allah sempurna, dan
umat manusia sangat terbatas dalam penciptaan mereka dengan sifat duniawi,
sehingga malaikat bingung bagaimana makhluk ini mungkin Khalif. Mereka membuat
pernyataan untuk menggambarkan ini, mengatakan, "sementara kita merayakan
memuji Anda", dalam sebuah indikasi bahwa setidaknya mereka bebas dari
keterbatasan yang datang dengan memiliki fisik, bentuk duniawi.[3]
Kemudian Allah
pun meyatakan dalam bahwa kedaulatan adalah di tangan syara’, bukan di tangan
umat. Sebab, Allah SWT sajalah yang layak bertindak sebagai Musyarri’
(pembuat hukum). Umat secara keseluruhan tidak berhak membuat hukum, walau pun
hanya satu hukum. Allah SWT berfirman :
“Menetapkan
hukum itu hanyalah hak Allah.” (QS. Al An’aam: 57)[4]
Al-quran telah
menjelaskan bahwa sebenernya seluruh kejadian di alam semesta ini sudah terjadi
dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang tertera didalamnya.
Gambaran jelasmnya bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan merujuk
pada segala yang tertuang dalam al-qur’an. Dengan kata lain, kejadian dunia ini
adalah sebagai “ cermina manifestasi” dan “ kenyataan lahir” dari rencana Allah
yang sebenernya sudah dibertitahukan kepada manusia lewat al-qur’an, sebelum
kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah manusia mau atau
tidak memahaminya guna mendapatkan takwil isyarat-Nya.
“ dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu
keduanyadahulu adalah sesuatu yang padu, kemudia kami pisahkan antara keduanya.
Dan daripada air kami jadikan segala sesuatu yang hidup.maka mengapakah mereka
tiada juga yang beriman?” (QS Al-anbiya :30)
Al-Rasyidin mengungkapkan bahwa
Allah SWT menciptakan alam semesta ini , tidak sekaligus atau sekali jadi, akan
tetapi melalui beberapa tahapan, masa atau proses. Dalam sejumlah surah
al-qur’an selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang dapat diterjemahkan
dalam arti enam hari, enam masa atau enam periode. Adapun ayat yang
menceritakan tentang oenciptaan alam dalam enam masa terdapat yaitu :
“Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian dia
bersemayam diatas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan, tiada seseorangpun yang
akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. Zat yang demikian itu lah
Allah, tuhan kamu, maka sembahlah Dia, apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”
(surah yunus ayat 3)
“ sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu
dia bersemayam diatas ‘Arsy, dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam” (surah Al-araf ayat 54)[5]
Tuhan
menciptakan alam semesta ini dengan kekuasaan yang tidak terbatas dan apa yang
didefinisikan tentang kuadrat dan kekuasaan Tuhan bermakna bahwa apabila dia
menghendaki melakukan sesuatu maka dia akan melakukannya dan apabila Dia enggan
melakukan sesuatu maka Dia tidak akan mengerjakannya. Tiada satu pun yang
keluar dan berada di luar wilayah kekuasaan Allah SWT di alam semesta ini.[6]
Makna Tuhan yang sebenarnya adalah dzat yang dapat memperlakukan segala
makhluk-Nya secara mandiri. Didalam al-qur’an dan hadis-hadis terdapat ungkapan
yang menunjukkan ketetapan penciptaan atau pengaturan.[7]
Terkait
itu semua melahirkan suatu pandangan bahwa seharusnya manusia memahami bahwa
yang kita perbuat terhadap bumi ini dan apapaun yang kita lakukan dan berkait
erat dengan diri sendiri Allah tau hal tersebut. Oleh karena nya diharapkan
kita sebagai manusia dan makhluk ciptaannya memahami dan mengerti bahwa
sebenarnya kita ini diciptakan oleh Allah dan harus menaati segala peraturannya
dan menjauhi segala larangannya.
Hal
ini diterangkan dalam surat Al-Nisa’
4:59 yaitu :
“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tenang sesuatu, benar-benar beriman kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul ( Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudia. Yang demikian itu lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya”.
Maka
hal ini mengartikan bahwa manusia diciptakan untuk sebagai khalifah dibumi
yaitu sebagai seorang pemimpin di muka bumi. Yang mengurus dan menata keadaan
dibumi untuk mencapai kesejahteraan setiap makhluk didasarkan dengan atas
keimanan ( rukun iman) dan tidak termasuk dalam hal yang dilarang dan dibenci
oleh Allah.
Selain
itu juga berdasarkan pada surah Al-Nisa’ 4:58 yaitu :
“
sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar dan Maha
melihat.
Hal
yang dapat ditarik dari ayat diatas yaitu konsekuensi dengan kita mengatahui
dan meyakini adanya tuhan yaitu kita tau akan hukumnya dan mampu menjalankan
hukum islam ( hukum yang berasal dari tuhan ) ini dengan sebaik-baiknya. Apa
yang Allah berikan adalah sesuai dengan posri kebutuhan makhluknya terutama
manusia. Sehingga apa yang kita lakukan terhadap diri sendiri, orang lain,
terhadap-Nya ia ketahui. Oleh karenanya hendak sebagai makhluk Allah yang
paling sempurna yang diberikan otak untuk berpikir mampu memahami, memaknai,
dan menjalankan segala amanat-Nya yang menjadi kewajiban kita dimuka bumi ini
untuk di pertanggung jawabkan diakhir nanti.
Sehingga
manusia pada dasarnya akan terikat dengan hukum islam itu sendiri terhadap apa
yang mereka perbuat. Dengan diciptakannya manusia maka berdasarkan surah
Adz-Dzaraariyaat 51:56
“
dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-ku”
Dengan
demikian konsekuensi yang terlahir yaitu untuk beribadah. Awala ibadah adalah
takafur dan berdiam diri, selain untuk mengingat Allah. Takafur satu jam
lamanya lebih baik dari pada beribadah selama satu tahun. Dan sebaik-baiknya
ibadah adalah bertakafur tentang Allah dan kekuasaan-Nya. Harus dimengerti bhwa
pekerjaan apapun yang manusia lakukan didunia hal itu telah terkait dengan tuhan
karena Dia adalah penguasa tertinggi di dunia. Sehingga seluruh kehidupan kita
ini sebenarnya hanyalah untuk allah, ibadah, kerja dan semuanya hanyalah untuk
Allah yang memiliki semesta alam.[8]
[4] https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CIIBEBYwCA&url=http%3A%2F%2Fbhupalaka.files.wordpress.com%2F2010%2F05%2Fhukum-ham-dan-demokrasi-dalam-islam-wahyu-p-15308032.docx&ei=wMyhUcnBLJCsrAeq_YHgCQ&usg=AFQjCNGUpqVvVHaW6ELr3ejQbqsl3KjQxw&sig2=g1byECBpO0PD6v_0qewu9Q&bvm=bv.47008514,d.bmk
Komentar
Posting Komentar